Menghitung Hari
July 05, 2014
Aku melihat semburat jingga telah
memenuhi langit. Tandanya perkasanya mentari akan segera berganti rupa
lembutnya bintang malam hari. Sementara lembayung membelai awan yang
menggumpal. Kubelai pula hatiku yang terasa mendongkol. Bukan dongkol pada
siapa juga entah. Tapi dongkol pada diri sendiri.
Rupanya bayangan itu tetap enggan
pergi. Memenuhi lobus frontalis hingga parietalis. Pun juga hipotalamus dan
talamusku. Aku tidak lagi mengerti berapa hari harus kuhitung sejak kini. Mungkinkah
sekedar hitungan jari? Atau aku masih perlu pinjaman kaki? Atau bahkan tak
cukup, hingga abacus pula perlu kucari?
Rasanya ingin kutidurkan dulu hati
ini. Menyemai lagi nanti disaat semuanya
tak seperti ini. Rasanya aku tak sanggup lagi. Tak kuasa harus menahan ngilu
ini. Nyeri yang timbul perkara hati sendiri. Hati yang terlalu takut
ditinggalkan pergi. Dapatkah kubayangkan berapa jedi yang kubutuhkan. Jika hari
itu menghampiri, sementara aku belum benar siap kau tinggalkan lagi.
Takkala deru itu mengangkasa dan
memekakan telinga. Kuharap hatiku telah berdamai. Memeluk senyummu dalam hati. Merelakanmu
pergi. Menggapai mimpi. Menyongsong janji. Membangun kesetiaan hati. Hingga aku
akan menjemputmu lagi di tempat ini. Suatu hari nanti. Bersama bahagia yang
terselip di nurani.
Aku dan dirimu lagi :)
Abelala
0 comments