Ia membuatku jatuh cinta pertama
kali kepada makhluk bernama lelaki
lalu menjadikannya mercusuar
kriteriaku untuk siapapaun selanjutnya
aku tidak mutlak membutuhkan yang
hampir sempurna
aku hanya ingin setidaknya mendekati
Ia, cintaku yang pertama
Ia tidak berparas tampan atau tinggi
menopang
juga tidak necis dalam tampilan
Ia hanya lelaki sederhana yang tak
pernah mau bajunya tidak disetrika
hanya seorang yang keras kepala
dengan kenekatan tiada dua
tetapi Ia lembut dan memperhatikanku
dengan cinta besarnya
untuk yang tidak mengenalnya, aku
bertaruh Ia adalah seseorang yang menyebalkan
mudah diajak ngobrol namun dingin
dan blak-blakan bicara
Ia tidak juga romantis dengan
membawakanku bunga,
tetapi selalu siap dengan bahunya
setiap apapun hal yang kuderita
Ia punya segudang kata yang
membuatku memafhumi
juga sejuta hal untuk membuatku
terlihat baik di mata siapapun juga
seperti hari ini: lagi dan lagi,
aku tersanjung dengan caranya
membuatku punya nama
membuatku tampak hebat,
meski sebenernya aku belum juga
sempat sampai di titik itu untuk berdiri tegap
Kepadamu cinta pertama:
terima kasih untuk seluruh hal yang
begitu luar biasanya
terima kasih karena sudah membagi
tahu cara mencintai dengan indahnya
terima kasih karena selalu tetap
menjadi orang yang sama
selalu menjadi satu rumah untukku
kembali,
menyediakan ruang untukku selalu
menyelipkan namau, Bapak, di setiap tangkup doa