Waktu memang selalu lebih mahir menjungkirbalikkan kisah. Seperti ketika aku baru saja merasakan betapa aku mulai mencintaimu.
Tepat pada saat itu pula badai datang
dan merubuhkan semuanya. Aku kehilangan arah untuk menemukan jalan menyusulmu
lebih cepat. Sementara dedaunan kering masih melayang-layang menyingkap pasir
yang tertahan diantara kemarau panjang. Lalu dengan cepat debu-debu terhuyung,
berlomba dengan oksigen di udara untuk lebih cepat sampai di saluran
pernafasanku. Aku terbatuk-batuk, tapi muskil.
Siang menggeliat seolah enggan
dengan seluruh rajukan yang kuajukan. Aku sendiri. Menikam ketidakberdayaanku
sendiri.
Ketika pada akhirnya aku menangis,
hujan datang berempati. Ikut-ikutan membuyarkan debu yang teronggok di depan
hidung dan menutupi jalannya masuk oksigenku. Ia tidak mengatakan apapun, juga
tidak berupaya menanyaiku kenapa. Aku terbantu, tapi tetap sendiri. Bersembunyi
dengan ketakutan karena tidak bisa melihatmu lagi.
Akankah mencintaimu menjadi sesulit
ini bagiku?
Tidakkah semua petuah manis yang
kaulipat di seujung kertas tisu itu masih ada? Aku hanya sedang menempatkan
hatiku. Aku menerima lipatan tisumu dan berusaha menumbuhkannya. Adakah yang
salah? Aku sudah berusaha jika kau tau. Aku memang tidak pandai merawat. Pun tak
sabar merekam ramu yang kau bentangkan. Tapi kenapa milikku tak kunjung berbuah
lebat hingga akhirnya kini rubuh tertelan badai?
Mungkin aku yang lamban, atau kau yang
terlalu cepat tumbuh. Aku masih terkoyak dengan duri dan sedang berusaha untuk
melepaskannya. Aku awalnya melihat kau mengiringiku, berusaha memelankan yang
kau tumbuhkan. Lantas menyiratkan ini itu untukku terbebas. Tapi kau lupa, kau menyiramiku
pula dengan rupa-rupa bebauan. Menghujamiku dengan manik-manik, yang berat
hingga aku lupa dengan ulasanmu yang ini itu. Aku tersedak disisi aku
menumbuhkan petuah manis di ujung tisumu. Sepertinya sebagian darinya
terhambur. Terbang di luar batas kendaliku, dan aku tak mampu menggapainya. Tidakkah
kau sadar itu jauh lebih memberatkanku?
Kenapa kau begitu cepat tumbuh
ketika aku masih tak berdaya?
28 Januari 2017,
10:57