Malam melenggok dalam
balutan rinai tipis
Sayup sayup
mendendangkan suka cita alam bersahutan
Juga riuh rendah memerankan
orkesta lagu cinta teruntuk kita
Ingatkah yang disana, ini tiga
satu ke tiga satunya kita
Ingatkah yang disana, banyak
cerita terselimut duka
Maka kumohon setidaknya, yang
kali ini biar kudekap hari bahagia
Helaian angin
menghembuskan secarik nostalgi keindahan baitan prosa
Yang melayang kebebasan
dibekam gulitanya malam angkasa
Kemudian malu – malu sang bintang
mengintipi
Bersembunyi di balik
awan yang kukuh dengan rintik halusnya
Mungkin ia akan bercerita
perihal kesaksian selendang senja
Yang dengan takzim
mengikuti euphoria tiga satu nol kala itu
Kemudian dia pula akan mengobral
segala macam rupa tentang tiga satunya kita
Menyimpulkan setiap benang
ingatan yang di beberapa bagiannya melupa
Lalu menyusuri jembatan nadi
untuk memastikan hari ini akan bahagia
Kutanyai engkau yang disana,
ingatkah tentang semangkok mie ayam itu?
Yang tersesap ketika mentari
mulai doyong ke peraduannya
Yang dinikmati dalam sepinya
obrolan karena degupan liar berdentuman kemana – mana
Lalu pula ingatkah,
ketika untuk pertama kalinya kebun teh yang disana
Membawa perjalanan canggung kita
bersemai diantara rimbunannya yang memperisai
Yang pada awalnya ketakutan
menjelma
Kemudian berbuah manisnya senja
Semua rekaman itu
terputar, dan meletupkan bunga candu
Lirih kubisikkan tentangmu pada
malam yang menggamitmu nun disana
Supaya ketika pun
sekarang aku berada di seberang peta yang berbeda
Engkau tetap bertahan pada
cinta yang kita pagunkan tiga satu tiga
Juga supaya ketika pun
lelah menderamu semaunya ia
Engkau tetap membiarkanku
menikmati setiap lekuk seyumanmu dalam kolase cinta
dalam ribuan kilo layar kaca
Engkau yang disana, ini
tiga satu kita yang ke tiga satu pula
Tak banyak yang kutuntutkan
lagi karena kutahu, cinta itu kita
Terima kasih untuk semua kebersamaan
yang tercipta begitu istimewa
Semua pengorbanan, dan apalah
namanya demi untuk kukuhnya kita
Terima kasih, karena selalu bisa
memahamiku yang sungguh masih belum dewasa
Yang masih suka marah, dan
melayangkan emosi tak terkendali
Maaf, Ap.