Hidup itu memang pilihan, diantara kebutuhan kita
yang tak pernah terpenuhkan. Hidup itu adalah pilihan, diantara beribu tanda
tanya tak terjawabkan. Hidup itu adalah pilihan, dan hari ini di
sembilan-empat-ku ini aku memilih ini karena aku tau aku tak mungkin bisa
menyekenariokan hidupku sebagus Allah, Tuhanku.
Jangan mengira aku tak berkeping-keping dengan
keputusan ini. Jangan kira aku tak kehabisan suaraku untuk menangisi pilihan
ini. Tapi aku tak berdaya sekali lagi. Tak berdaya karena nuraniku memang tak
mengizinkanku lebih jauh mengiyakan kebodohan yang terjadi. Goal of relationship adalah menghalalkan.
Bukan mengada-adakan halal yang hanya ada dianggapan. Ketika aku mengatakannya
padamu, aku sungguh telah menaruh harapan yang terlalu tinggi. Tentang kita,
tentang surga yang selalu aku ceritakan. Tentang hidup yang indah dengan
warna-warni aktivitas menyenangkan. Tentang rundown aturan yang telah aku
sketsakan di kanvas kita nantinya.
Jikapun sekarang semuanya mengabu-abu semacam
tertutup letupan vulkanik. Aku tidak peduli, aku masih akan terus mendoakanmu
dari sini. Meminta pada pembolak-balik hati supaya engkau tetap dijagakan
hatimu. Diteguhkan keyakinanmu untuk terus mengingatNya walaupun tak lagi seiya
denganku. Aku masih disini, untuk mendoakanmu hingga seribu Sembilan puluh lima
hari lagi itu terlalui. Aku masih disini, korelisku.
Terima kasih untuk semua dongeng kita yang
bersambung ini. Akan aku jaga rajutannya hingga engkau datang membawa
lanjutannya untuk membuat ending laugh
together. Teruslah berjuang di jalanmu. Akan kutemui nanti di titik dimana
kita akan membawa mimpi kita masing-masing. Mimpi yang akan menyatukan, ataupun
mimpi yang akan membuat kita bahagia dengan jalur berbeda, aku tidak tahu. Please be better fo everything yah. I proud of you as always. Take care {}