Menjadi sensitive untuk perasaanmu sendiri dan acuh dengan perasaan orang lain adalah hal paling jahat. Dan menjengkelkannya lagi adalah bahwa kau tau tapi tak pernah berhasil berdamai dengan dirimu sendiri untuk bekerja sama menguranginya pelan-pelan. Hingga tak kan ada lagi yang sakit hati karenamu, atau setidaknya meminimalkan orang lain pergi karena kau terlalu menyakitkan untuk dijadikan teman sebelahan. Terkadang rasanya ingin menyerah saja dan hidup sendiri. Tetapi kenyataannya tak bisa, sendiri adalah sesuatu yang terlalu menakutkan. Sama menakutkannya dengan berinteraksi tetapi kemudian dibayang-bayangi kau akan ditinggalkan karena begitu menyebalkan. Mungkin sejatinya kau jadi saja seperti fatamorgana, yang memberikan segala sesuatu yang indah di mata walaupun akan hilang sebelum dirasa, setidaknya mereka bahagia dengan kau disana. Pada semua kisah, perlu dicatat bahwa mungkin menyelam itu tidak penting. Kau hanya perlu berada di permukaan untuk berimbuh, melengkapi lubang-lubang pada kisah mereka yang sudah sempurna. Tidak perlu menyelam dan meneguk kesakitan, apalagi terlalu dalam hingga kehabisan nafas untuk tetap bertahan. Mungkin, semuanya hanya perencanaan yang kau mungkinkan sendiri.
Pada banyak waktu aku terlalu angkuh untuk mengakui,
berbelit mengelak ini itu untuk bersembunyi darimu
aku tenggelam dalam keegoisan, meringkuk dalam kebohonganku sendiri
Nyatanya aku sendiri berpayah melawan hati, tersengal menceburkan dalam dalam sesuatu yang kau sebut rindu
Aku benci, karena semakin hari aku semakin sulit menikamnya
Ia berlompatan keluar hingga aku tak lagi kuasa menutupi lubang-lubang yang menganga,
kau terlanjur tau, dan aku tidak suka mengakui aku merindukanmu
Allah
yang maha membolak balikkan hati. Tidak ada yang tahu, sesuatu yang kau sesali
di masa lalu adalah bagian yang melengkapimu saat ini. Begitu juga sebaliknya,
tidak akan ada yang tahu bahwa apapun yang kau cintai saat ini akan menjadi hal
yang mengerikan di masa depan.
Sepatutnya
menjadi perhatian bahwa, tidak perlu mencintai sesuatu dengan sangat berlebihan,
karena kau tidak tahu kapan ia akan diambil darimu. Berbiasalah, hingga
kapanpun ia diambil darimu kau tidak akan meratapinya terlalu lama, tidak pula
tersungkur terlalu dalam. Banyak hal berlalu, sayangnya aku terlalu tidak
mengetahui kenapa ia begitu cepat meninggalkanku, sampai aku harus mengulangi
perih ini lagi dan lagi.
Ia
pergi dengan diam, dan aku merutuki diriku yang tak punya alasan menahannya
tinggal. Sekali aku kehilangan, tercipta lubang yang menggerogoti separuh dari
ruang yang kuciptakan untuk mencintainya. Kemudian ia kembali, dengan rupa yang
berbeda dan lubangku tak juga kembali sekalipun ia kini sudah lebih mudah kujumpai.
Lalu aku berpaling dan mencintai lagi, sayangnya aku lupa memberi tau hatiku
bawa aku tidak perlu terlalu dalam lagi untuk mencintai. Akhirnya separuh
ruangku yang tersisa kini tergerus habis ketika ia pergi lagi, dalam diam yang
sama, untuk sesuatu hal yang berbeda dari sebelumnya. Apa menurutmu aku terlalu
hina untuk mengalami kesakitan yang sama dengan dua waktu dan dua orang yang
berbeda?
Untuk
cinta yang kuciptakan sendiri aku berusaha merunut sebab, mencari kesembuhan
untuk lukaku sendiri, mencari panglipuran. Kukais ingatan, dan kuluapkan aneka
kemungkinan. Aku tidak menemukan apapun, tapi aku tidak ingin menyerah. Aku
mendekat, ia menjauh dan seterus-terusnya. Berkejaran tiada sudah sampai aku
lelah, lalu menyerah untukmu yang pertama. Kini, aku masih sesekali mengejar.
Menaburi hati dengan manisanku yang tersisa, mengharapkan luka sembuh dengan
waktu yang berjalan. Tapi sepertinya, aku akan benar-benar menyerah setelah
ini. Sekali aku mengadukkan gula dalam cangkir kita, kau tambah lagi kopimu untuk
membuat ini menjadi lebih pekat. Kutabur lagi gula, kau juga lebih lagi banyak
menuangkan kopi. Rasanya sudah kental pahit, dan aku kehilangan kemanisan yang
sedang kuusahakan untuk mengenakkan lagi tegukanmu juga aku dari secangkir kopi
kita. Aku tidak mengerti.
Aku
sudah melihat ini lebih dekat, sudah melihatnya lebih lama, apa ini menurutmu
indah dengan ranjau yang terlalu tajam antara kau dan aku? Apakah kau juga
seperti ini? Segelisah ini? Katakan padaku, apa yang salah dari caraku mencintaimu
terlepas dari terlalu berlebihan?
Bogor, 23 Juli 2017