ErHa Friksi

July 23, 2017


Allah yang maha membolak balikkan hati. Tidak ada yang tahu, sesuatu yang kau sesali di masa lalu adalah bagian yang melengkapimu saat ini. Begitu juga sebaliknya, tidak akan ada yang tahu bahwa apapun yang kau cintai saat ini akan menjadi hal yang mengerikan di masa depan.
Sepatutnya menjadi perhatian bahwa, tidak perlu mencintai sesuatu dengan sangat berlebihan, karena kau tidak tahu kapan ia akan diambil darimu. Berbiasalah, hingga kapanpun ia diambil darimu kau tidak akan meratapinya terlalu lama, tidak pula tersungkur terlalu dalam. Banyak hal berlalu, sayangnya aku terlalu tidak mengetahui kenapa ia begitu cepat meninggalkanku, sampai aku harus mengulangi perih ini lagi dan lagi.
Ia pergi dengan diam, dan aku merutuki diriku yang tak punya alasan menahannya tinggal. Sekali aku kehilangan, tercipta lubang yang menggerogoti separuh dari ruang yang kuciptakan untuk mencintainya. Kemudian ia kembali, dengan rupa yang berbeda dan lubangku tak juga kembali sekalipun ia kini sudah lebih mudah kujumpai. Lalu aku berpaling dan mencintai lagi, sayangnya aku lupa memberi tau hatiku bawa aku tidak perlu terlalu dalam lagi untuk mencintai. Akhirnya separuh ruangku yang tersisa kini tergerus habis ketika ia pergi lagi, dalam diam yang sama, untuk sesuatu hal yang berbeda dari sebelumnya. Apa menurutmu aku terlalu hina untuk mengalami kesakitan yang sama dengan dua waktu dan dua orang yang berbeda?
Untuk cinta yang kuciptakan sendiri aku berusaha merunut sebab, mencari kesembuhan untuk lukaku sendiri, mencari panglipuran. Kukais ingatan, dan kuluapkan aneka kemungkinan. Aku tidak menemukan apapun, tapi aku tidak ingin menyerah. Aku mendekat, ia menjauh dan seterus-terusnya. Berkejaran tiada sudah sampai aku lelah, lalu menyerah untukmu yang pertama. Kini, aku masih sesekali mengejar. Menaburi hati dengan manisanku yang tersisa, mengharapkan luka sembuh dengan waktu yang berjalan. Tapi sepertinya, aku akan benar-benar menyerah setelah ini. Sekali aku mengadukkan gula dalam cangkir kita, kau tambah lagi kopimu untuk membuat ini menjadi lebih pekat. Kutabur lagi gula, kau juga lebih lagi banyak menuangkan kopi. Rasanya sudah kental pahit, dan aku kehilangan kemanisan yang sedang kuusahakan untuk mengenakkan lagi tegukanmu juga aku dari secangkir kopi kita. Aku tidak mengerti.
Aku sudah melihat ini lebih dekat, sudah melihatnya lebih lama, apa ini menurutmu indah dengan ranjau yang terlalu tajam antara kau dan aku? Apakah kau juga seperti ini? Segelisah ini? Katakan padaku, apa yang salah dari caraku mencintaimu terlepas dari terlalu berlebihan?




Bogor, 23 Juli 2017

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Wreda Entri 🤡

Seracik Sakalangkong

Ayunan derap melintasi anakan tangga Menyusuri celah kusamnya debu kelas pada kaca Menerjang pekatnya tangis dalam tawa Mengijab...

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram