Ini, tiga ke tiga satu

October 31, 2014

Malam melenggok dalam balutan rinai tipis
Sayup sayup mendendangkan suka cita alam bersahutan
Juga riuh rendah memerankan orkesta lagu cinta teruntuk kita
Ingatkah yang disana, ini tiga satu ke tiga satunya kita
Ingatkah yang disana, banyak cerita terselimut duka
Maka kumohon setidaknya, yang kali ini biar kudekap hari bahagia

Helaian angin menghembuskan secarik nostalgi keindahan baitan prosa
Yang melayang kebebasan dibekam gulitanya malam angkasa
Kemudian malu – malu sang bintang mengintipi
Bersembunyi di balik awan yang kukuh dengan rintik halusnya
Mungkin ia akan bercerita perihal kesaksian selendang senja
Yang dengan takzim mengikuti euphoria tiga satu nol kala itu
Kemudian dia pula akan mengobral segala macam rupa tentang tiga satunya kita
Menyimpulkan setiap benang ingatan yang di beberapa bagiannya melupa
Lalu menyusuri jembatan nadi untuk memastikan hari ini akan bahagia

Kutanyai engkau yang disana, ingatkah tentang semangkok mie ayam itu?
Yang tersesap ketika mentari mulai doyong ke peraduannya
Yang dinikmati dalam sepinya obrolan karena degupan liar berdentuman kemana – mana
Lalu pula ingatkah, ketika untuk pertama kalinya kebun teh yang disana
Membawa perjalanan canggung kita bersemai diantara rimbunannya yang memperisai
Yang pada awalnya ketakutan menjelma
Kemudian berbuah manisnya senja

Semua rekaman itu terputar, dan meletupkan bunga candu
Lirih kubisikkan tentangmu pada malam yang menggamitmu nun disana
Supaya ketika pun sekarang aku berada di seberang peta yang berbeda
Engkau tetap bertahan pada cinta  yang kita pagunkan tiga satu tiga
Juga supaya ketika pun lelah menderamu semaunya ia
Engkau tetap membiarkanku menikmati setiap lekuk seyumanmu dalam kolase cinta
dalam ribuan kilo layar kaca

Engkau yang disana, ini tiga satu kita yang ke tiga satu pula
Tak banyak yang kutuntutkan lagi karena kutahu, cinta itu kita
Terima kasih untuk semua kebersamaan yang tercipta begitu istimewa
Semua pengorbanan, dan apalah namanya demi untuk kukuhnya kita
Terima kasih, karena selalu bisa memahamiku yang sungguh masih belum dewasa
Yang masih suka marah, dan melayangkan emosi tak terkendali

Maaf, Ap.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Wreda Entri 🤡

Seracik Sakalangkong

Ayunan derap melintasi anakan tangga Menyusuri celah kusamnya debu kelas pada kaca Menerjang pekatnya tangis dalam tawa Mengijab...

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram