Sebu
March 05, 2017
Jika saja kau juga seperti hujan, yang mendaur hidupnya setelah
turun ke bumi. Melalui terjal landai sungai mencapai laut dan menguapkan diri
kembali ke langit. Jika saja kau seperti hujan, yang ikhlas menjadi apapun
juga. Jika saja kau mensyukuri juga menjadi apapun, entah diprioritaskan dalam
segala hal atau diprioritaskan di dunia kalian saja. Jika saja, kau lebih
mensyukuri didiktatori daripada dilembutkan yang melalaikanmu seperti ini.
Hidup terkadang tidak seindah lakon skenariomu
sendiri. bukan perkara yang kau jalani kini, tapi lebih karena kau lupa untuk
mensyukuri. Membangun harapan yang terlalu tinggi untuk menyenangkan dirimu
sendiri, lalu lupa yang senadainya itu tidak terjadi. Kau menyakiti dirimu
sendiri dengan pengandaian yang menjadi-jadi. Tidak memikirkan perihal realita
dan kebutuhannya juga. Kau mengegoiskan dirimu hanya untuk membalas semua
kesukaanmu yang berlebihan. Kau sudah dewasa dalam usia, tetapi tidak dengan
perilakumu?
Kau mengatakan berupa banyak hal, menyemangati
dirimu untuk menjadi lebih baik dari apapun. Tapi kau menyerah dengan
perasaanmu. Kau kalah dengan emosimu, dan membiarkan dirimu menangis atas
perasaanmu sendiri. Memarahi setiap orang yang bisa kau salahkan,
mengkambinghitamkan ia dan membutat semua seolah salahnya. Iyakah yang seperti
itu akan membangun sesuatu yang baik?
Kau tak pernah berfikir bagaimana jika suatu ketika
ia lelah dengan semua kelakuanmu Apakah kau akan membiarkan semua jainan mimpi
ini berantakan lagi? Kau pernah terjatuh pada lubang yang menyurukkanmu, lalu
kenapa kau tak juga bangkit untuk lebih waspada? Kenapa tak juga kau belajar
dan memperbaiki kesalahn yang kau lakukan? Kau membentuk dirimu lebih kekanakan
dari kau yang lebih dewasa sebelumnya. Kau menjatuhkan semuanya karena
menganggapnya dewasa. Kau tak mengimbanginya, justru membua dirimu lebih
berbalik keadaan dengannya? Kenapa? Kenapa seperti itu yang kau lakukan?
Tidakkah kau mengatakan kau menyukainya? Tidakkah
demikian?
0 comments