Perawis Hidup
January 22, 2018
Aku percaya terselip doa khusyuk di setiap pretelan bontot-mu;
entah beras ber-beruk-beruk, setoples bawang merah goreng, atau kering tempe dan sambel pecelmu;
aku suka ditertawakan perkara tidak praktis bepergian dengan tas penuh, bekalmu;
tapi bagiku engkau sedang melabeli ketulusan, mencintai tanpa tuturan.
Kusyukuri waktu di pinggiran senja ketika menengokmu dua jam setiap hari;
mengadu seolah aku sedang terduduk rapat di sebelahmu meski sekat jarak bilang tak begitu;
bagiku engkau selalu romantis walau tak sekalipun bilang sayang pun rindu;
darimu aku belajar untuk tidak hanya bermulut manis lamun ajek mencintai dengan aksi.
Ini aku, Buk, anakmu, yang tetap tidak pandai berpuisi;
apalagi fasih mengucapkan betapa padamu aku juga mencintai;
jika kecilku dulu sering mencoreti fotomu sesaat setelah kau marahi;
kini aku mengafirmasi berfoto denganmu, Buk, diantara gugur daun maple yang laksmi.
0 comments