Diujung hati
November 26, 2014
Kini November akan segera
merangkak
dan hujan mulai suka nangkring di
ujung siang
menyisakan aroma kecut pada
jemuran yang tak kering benar
lantas desember akan segera
menyambut
dan hujan akan semakin beradu
debut dengan terik
menyisakan jemariku yang genap mengacungkan pasangan
telunjuk,
dua
Mungkin hujan di awal senja akan
mengerti
sebagaimana rindu berkecamuk
dalam deburan hati
menghitungi hari demi hari untuk
menyambut juli, menyongsong musim semi
adakah di negeri pertiwi ini
musim semi mau menyinggahi?
ahaha, itu yang sepertinya
disebut ilusi
karena sebagaimanapun negeri ini
hanya ada dua kala berganti
deru hujan merepet kemarau, dan kemarau menyelip hujan dini hari
dan yang ini terjadi dalam
pedalaman hati, musim berganti pula saban dua kali
ketika jarak membelenggu almanak,
dan saat waktu menyoroti pandangmu yang beradu
Ibu, adakah obat yang ingin kau
berikan sebagai penawar rindu?
atau sekedar penenang, untuk
melelapkan pikir karena jemu khawatir?
jika pun tak ada, mungkin ibu bisa
mengajariku bagaimana mendekatkan jarak
jadinya aku tak harus melulu
merindu, karena itu sungguh menyiksaku
Bapak, tahukah seringkali
berselimut malam aku suka terbangun?
rinai mimpi yang menghujani
rindu terlalu basah
hingga meramu kegigilan yang begitu
hebat
aku mungkin tak pandai melukiskan
cinta, tapi aku terlalu kenyang untuk merindu
Dan Kamu, adakah bisa memberiku
jawab?
hingga kapan harus aku hitungi jemari supaya kita mampu lagi
saling menumpu
memegangi erat bucket waktu, lalu
akan aku tunjuki perihal wedding pin board
yang terukir dalam rinai
pipi gegara rindu terlalu membelenggu
0 comments