Teman Piknik
March 22, 2018
Bogor, 22 Maret di 10:10
Tentu
ada, satu hal yang membuatku munafik
seperti
ketika aku mengatakan begitu lancar di mulut
tetapi
ternyata hatiku mengkerut tidak setuju
menyoal
keikhlasan, membahas kerelaan
Aku
pernah membenci diriku sendiri
tentang
bagaimana aku begitu,
hanya
memikirkan tentang seorang aku saja
meninggikan
perasaan yang remuk akibat genggaman terlalu erat
membebaskan
lukaku sendiri dari kelupas hati yang terbarui
dan
aku memilih menutupimu dengan segelas cuka
sementara
aku berlari dengan seluruh eligi mimpi yang masih menghantui
sampai
aku terjungkal dalam sebuah nganga
yang
di dalamnya tersimpan seluruh abu beraroma kita
entah
aku atau kamu yang menggilasnya
Siapa
pula yang kuat terlalu lama disana?
ruang
berpenuh hal serupa tapi tak sama
angin
yang membahagiakan di menit-menit tertentu
lalu
lebih banyak mengoyak tak peduli ampun
aku
tak bisa menjadi loncat-loncatan
dan
tak ingin pula menjadikanmu trampolineku
Kutau
sama-sama saling berontak untuk keluar
walau
perih menyingkap di setiap inchi yang terlewati
pun
ruam-ruam yang masih suka nempel mengingatkan
tapi
komitmen terakhir itu membuatku lebih kuat mendobrak
kukira
begitu juga padamu akhirnya
aku
merangsek dengan seluruh kekuatan, memanjat
aku
keluar, lampu-lampuku sudah mati
saat
dipopori dengan Karanganyar mu pun,
aku
sanggup bergeming
terus
memegang itikad akadmu dulu juga
dan
mengulangi mengatakan aku bahagia
kubahagia
jika lampu di seberang kamarmu menyala
kubahagia
jika lampu di kamarmu ini sudah padam nyalanya
kubahagia,
kan? Ya, kumengatakannya
Hingga,
satu
saja hal begini membuatku tidak lagi mengerti
ada
apa dengan teman piknikmu?
bukankah
tujuan piknik kita sudah berbeda?
apa
dia masih perlu meminta padaku resep donat bantatku?
atau
dia ingin mencicip bekalmu?
tidakkah
kamu membuatkannya juga?
Tolong,
aku
tidak ingin menggelar tikar yang sama
tidak
mau punya bekal serupa
jadi
jangan menanyaiku apa-apa
aku
tidak akan mau, kitaku menjadi kitanya juga
0 comments