Growing Old ☘️
November 10, 2017
Masing-masing dari kita semacam biji yang dibenamkan
dalam tanah, ditanam
Tidak tahu biji mana yang akan tumbuh lebih dulu, biji
mana yang akan tumbuh abnormal, biji mana yang menjadi biji segar tidak tumbuh
atau bahkan biji mana yang untuk imbibisi saja tidak mampu
Semuanya terproses menjadi serangakian tahap –mesti–terlalui–
jika bijinya tidak mati,
seperti siklus determinate dengan awalan vegetative digenapi dengan generatif lalu menuju growing old, atau tahapan lain yang tetap tak mampu meninggalkan vegetative meski telah bergerak di angkaan generatif, seperti itu disebut indeterminate
seperti siklus determinate dengan awalan vegetative digenapi dengan generatif lalu menuju growing old, atau tahapan lain yang tetap tak mampu meninggalkan vegetative meski telah bergerak di angkaan generatif, seperti itu disebut indeterminate
Aku tidak mampu benar menilai, tapi mungkin
dibenarkan jika bijimu memang berbeda denganku, mulai dari bagaimana bijimu
tumbuh, juga bagaimana ia memilih tipe pertumbuhan yang akan ia akuisisi,
semacam jungkir balik denganku
Bijiku tak pernah memiliki akar sekunder, rambut
akar kesabaran yang memanjang untuk menguatkan akar primerku yang tumbuh,
hingga akhirnya aku selalu menjadi abnormal, mudah tercekam, lalu membuat ritme
pertumbuhan yang buruk
Beberapa kasus, biji abnormal yang dikembalikan ke
germinator mampu bermetamorfosa menjadi normal, tapi apa kau yakin aku begitu?
Bahkan hingga kini pun aku masih selalu berfikir untuk beberapa keadaan aku
tetap ingin menjadi vegetative, terus tumbuh meski tak ada beban
Aku tidak pandai memikirkan orang lain, bertanggung
jawab atas diriku untuk membahagiakan sekitaranku, dan semacam hal begitu. Makanya
generatif bagiku adalah menyeramkan. Aku harus pandai membagi fotosintatku
untuk pertumbuhan batangku dan organelku, juga pada bagian ekonomisnya orang
lain. Aku meski menjaga baik bunga-bungaku, memastikannya terpolinasi dengan
benar, lalu tumbuh menjadi buah yang ranum. Untuk siapa? Orang lainnya. Bahkan
untuk menikmati legitnya buahku saja aku tak boleh. Apa hidup yang begitu adil,
berjuang untuk menyenangkan orang lain? Apa begitu sejatinya kehidupan?
Lalu aku memaksa diriku untuk mengurangi pemikiran
yang demikian, hingga aku memutuskan untuk menjadi indeterminate, seperti semacam titik tengahku, tapi apa benar
begitu?
Nyatanya vegetatifku selalu saja menjadi yang lebih dominan. Biji dan aku menjadi over juvenil, dan acuh dengan kelangsungan generatifku, mengabaikan harapan orang, menampik kebahagiaan orang lain yang diimpikan datang dariku.
Nyatanya vegetatifku selalu saja menjadi yang lebih dominan. Biji dan aku menjadi over juvenil, dan acuh dengan kelangsungan generatifku, mengabaikan harapan orang, menampik kebahagiaan orang lain yang diimpikan datang dariku.
Lalu, ingin menjadi yang seperti apakah aku?
(mungkin aku hanya ingin dulu berdamai dengan karakterku, menemukan sesungguhnya siapa aku, hingga aku bisa melepaskan satu satu topengku yang terpakai untuk menutupi rupa-rupa borok, menyenangkanmu)
(mungkin aku hanya ingin dulu berdamai dengan karakterku, menemukan sesungguhnya siapa aku, hingga aku bisa melepaskan satu satu topengku yang terpakai untuk menutupi rupa-rupa borok, menyenangkanmu)
0 comments